Menggapai Cahaya

Menggapai Cahaya

Oleh : Selvia Lestari_FKIP BAHASA INDONESIA_UIR

Ujung pagiku gerimis penuh tanda tanya. Matahari mulai menebar cahayanya di sudut-sudut kota. Pagi yang gelap perlahan-lahan menjadi terang. Ini kali pertamanya aku menginjakkan kaki di kota Madani, kota Pekanbaru. Awalnya semua terasa asing bagiku mulai dari lingkungannya, masyarakatnya, budayanya bahkan udaranya. Semuanya berbeda ibu, di kota ini pintu rumah-rumah selalu tertutup, masyarakatnya tidak banyak berinteraksi mereka sibuk dengan urusan masing-masing, tidak ada suara ibuk-ibuk yang memecahkan keheningan karena memarahi anak – anaknya, dan aku juga tidak melihat anak-anak yang bermain kejar-kejaran bersama teman-temanya. Semua terasa asing bagiku. . .
            Anna Althafunnisa, itulah nama yang terbaik yang diberikan ibuku tercinta. Aku sangat senang menyandang nama ini,  sejarah pembuatan namaku juga unik seperti perjalanan hidupku. Huuuff…..helaaan nafasku begitu panjang terdengar. Ini, entah malam yang keberapa aku berada di sini. Rasa ini sudah menggunung, melebihi gunung Satalibu, rasa rindu akan kampung halamanku. Aku tak pernah berpikir untuk pergi dari kampung halamanku walau itu hanya sedetik , dan terperangkap di tempat yang seperti ini, tempat yang begitu mengerikan, misterius dan juga penuh tanda Tanya, begitulah pandangan awal ketikaku berada di tempat ini , tempat ini dinamai dengan RBK “Rumah Bina Karakter” . awalnya aku terasa sangat asing berada disini ,  aku merasa ada yang aneh dengan rumah ini, aneh bukan karena bentuknya, atau isi rumahnya. Tapi rasa aneh itu menyeruak seketika aku melihat beberapa sosok wanita yang keluar masuk rumah ini dengan berpakaian serba aneh bagiku, mereka berpakaian secara berlebihan, terlalu tertutup, dengan wajah yang pucat tanpa polesan, dan terkadang memakai serba hitam seperti teroris.
 jeblekkkkk..kkss …. Seperti gemuruh yang menghantam bumi, dia menepuk pundakku begitu kuat.  assalamualaikum.. lagi ngapain anna?, ngelamun aja dari tadi, ada apa sih? Pertanyaan yang datang bertubi-tubi dari seorang teman yang baru aku kenal, namanya Maria eliza. seorang Teman yang selalu ingin membuatku pindah, dan teman yang juga ingin membuatku selalu bertahan di tempat yang menyakitkan ini.
Fajar perlahan-lahan mulai menampakan sinarnya dari ufuk timur, matahari bersinar lebih cerah pagi ini, seolah memberi isyarat kebahagiaan setelah malam menyelimutinya tadi. Musim gugur seakan sudah berubah menjadi musim semi, tak terasa aku sudah satu tahun berada disini, dan bertahan  ditempat yang mulanya tidak aku sukai. Ini semua bermula dari salah satu senior , yang sekarang menjadi seseorang yang paling kusayangi dan akan kurindukan kehadirannya. “Husna amilaily”, senior yang membuat aku menjadi seperti sekarang ini, menjadi seseorang yang lebih berguna, dan istimewah.
Annnnaaaaa…….. teriakan nyaring yang bisa menerbangkan segala isi yang ada di asrama. Dan memecahkan  lamunan kami bertiga, dengan gayanya yang santai dan wajah yang datar  dia mendatangi kami bertiga, laluuuuu…….
“ kalian pada ngapain sih? Jangan terlalu banyak melamun ? lakukan hal yang bermanfaatlah dari pada kayak gini kan buang-buang waktu “. ujarnya dengan cekatan sesuai dengan gerak tubuhnya, ya  dia itu senior yang merubah kami, khususnya aku menjadi lebih baik. Memberikan kami pemahaman tentang agama dan perlahan-lahan mulai mengubah segala kebiasaan hidupku, mulai dari pakaian, tingkah laku walaupun masih belum sempurna, cahaya itu mulai mendekati, ya cahaya keiman, dan  hidayah yang mulai menghampiriku tapi aku nggak tau bagaimana cara untuk menggapainya, hingga aku mengabaikan kehadirannya.
Kepompong sudah berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan mulai mengepakkan sayapnya , burung-burung sudah meninggalkan sarangnya, tapi tidak denganku aku, aku masih tetap sama seperti dulu tanpa ada perubahan pada diriku, sejenak aku terdiam lalu menghampiri sahabatku Maria.
“Maria, aku bingung deh, aku pingin berubah tapi aku belum bisa melakukannya, kayaknya aku belum dapat hidayahlah.” Ujarku dengan wajah lemes tapi diikuti dengan senyuman tipis.
’’Yaaa ..ampunnn Annaa, jangan selalu menunggu datangnya hidayah baru mau hijrah, karena hidayah itu tidak hanya ditunggu tapi juga bisa kita yang menjemputnya, gapai cahaya itu Anna”.
Cahayaaaa??
Iya cahaya, gapai cahaya hidayah itu ANNA dan mulailah untuk hijrah ke yang lebih baik. Ungkap Maria dengan tegas dan mulai menyentuh hati ini.
Rintik-rintik gerimis menambahkan kesunyiaan malam hari ini, tidak ada terdengar suara kendaraan yang lewat hanya suara kodok dan jangkrik yang seakan – akan memecahkan kesunyian malam ini, aku masih sibuk dengan gejolak batinku yang penuh tanda Tanya, aku masih sibuk bertanya dengan hatiku “akankah aku menggapai cahaya itu, cahaya yang katanya sudah mulai menyentuhku’. Perlahan –lahan aku menutup mataku dan mengingat-ingat perkataan sahabatku dan senior yang menyejukan hatiku. aku bersyukur ya Allah! Walaupun aku belum memastikan perasaan seperti apa sekarang .
Tok..tok.. assalamualaikum anna,
Waalaikumsalam…. Eh kakak, ada apa ya kak?
Gak ada apa-apa anna, kakak Cuma mau bilang kalau besok ada pengajian, jangan lupa datang ya!! Kakak tunggu.
’’Insya Allah kak, anna datang.
Sekarang pukul menunjukkan 07.00 pagi . Ya Allah! Mengapa hati ini selalu tak tenang, perlahan aku mulai melangkah dengan gontai keluar rumah menunju kampus yang katanya lagi mengadakan pengajian, saat ini angin berhembus sangat lembut , awan terlihat sangat serasi dengan bunga-bunga mulai bermekaran, tak terasa dengan langkah yang tadinya gontai akhirnya penuh semangat menuju tempat pengajian tersebut. Haahhh… aku setengah  kaget , tesentuh dan penasaran melihat nya,  rata-rata mahasiswa yang megikuti kajian semuanya memakai pakaian yang besar-besar dan tertutup.  Perlahan-lahan aku mulai menghampiri seniorku lalu bertanya banyak  hal soal agama, seniorku menjelaskan dengan lemah lembut dan tegas , aku mulai tersetuh dan mulai menyadari semuanya.. dan perlahan-lahan aku berkata “kak, aku akan menggapai cahaya itu kak, dan akan menggenggamnya dengan erat”. Ujarku kepada senior.
Alhamdulillah.. kakak senang mendengarnya . kita akan belajar bersama-sama ya Anna, kakak akan selalu ada untuk Anna”. Makasihh kak ungkapku dengan haru.
Keesokan harinya, semuanya terasa berbeda. Aku sudah memulai hal yang baru, hal yang menjadikan hidupku lebih baik dan berwarna bersama sahabat-sahabat muslimahku yang akan membawaku menuju jalan ke jannahnya.
Kepompong mulai berubah menjadi kupu-kupu, tanaman mulai menumbuhkan tunas yang baru, begitu juga denganku , aku perlahan-lahan mulai merubah gaya hidupku dan semua hal –hal yang buruk pada diriku.
Terimakasih, teman-teman berkat kalian semua aku bisa menggapai cahaya itu, iya cahaya hidayah itu. Sebuah cahaya hidayah yang mengubah jalan hidupku.
           
                       



  

Komentar

Postingan Populer