PERMINTAANMU SUNTIKAN HIJRAH BAGIKU
PERMINTAANMU SUNTIKAN
HIJRAH BAGIKU
Oleh : Giri Kartika
Disuatu daerah, tinggal lah sebuah
keluarga kecil yang bahagia. Mereka adalah orang terkaya di daerah tersebut.
Mereka adalah Pak Kiyo dan Ibu Rukmah, mereka mempunyai dua orang anak, seorang
anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak laki-lakinya bernama Saleh dan
anak perempuannya bernama Gita. Mereka hidup sangat berkecukupan, mempunyai
gedung apartemen, dan perusahaan. Sang kakak (Saleh) tumbuh besar dan menjadi
seorang direktur di perusahaan ayahnya. Sesuai dengan namanya, Saleh sangat
rajin beribadah, ia juga baik kepada semua orang, dermawan, santun dan tidak
pilih kasih, ia juga sangat bijaksana. Namun sayang, sang adik yang dicintainya
(Gita) tumbuh besar sebagai perempuan yang bebas, dikarenakan faktor
keluarganya yang bergelimang harta, Gita sering pergi ke klub malam,
minum-minuman keras dan ia juga merokok. Sifat Gita ini sangat berbanding
terbalik dengan kakak laki-lakinya. Meskipun begitu, Saleh sangat mencintai
adiknya dan mereka sangat akrab.
Saleh seringkali menasehati Gita, namun
Gita tidak pernah mendengarkan kakaknya. “Berhentilah pergi ke klub malam, kau
itu perempuan, jangan kau rusak dirimu sendiri” (Ujar Saleh) “Iya..Iya..”
(Jawab Gita). Walaupun menjawab seperti itu, Gita tetap saja tidak bisa
meninggalkan kegemarannya untuk pergi ke klub malam dan minum-minuman keras.
Hal ini seperti telah tertanam dalam dirinya.
Sampai pada suatu hari, kakaknya sakit
parah dan harus dirawat di rumah sakit. “Uhuk.. Uhuk..” “Kau baik-baik saja
kak?” (Tanya Gita kepada kakaknya). “Iya, aku baik-baik saja, kau bagaimana?
Sudah meninggalkan kebiasaanmu?” Gita terdiam mendengar pertanyaan kakaknya,
pasalnya selama ini ia berbohong dan selalu pergi melakukan kegemarannya. Saleh
menatap adiknya yang hanya terdiam. Saleh tersenyum dan berkata : “Aku tahu..
mulailah dengan perlahan”
***
Keesokan harinya, Gita kembali ke rumah
sakit untuk menjenguk kakaknya. Keadaannya semakin parah, Gita menangis melihat
kakaknya yang terbaring lesu di atas kasur rumah sakit. Tak lama kemudian Saleh
terbangun dan melihat adiknya sudah menunggu di samping tempat tidur. Saat itu
pukul 21:02 WIB. Saleh meraih tangan adiknya dan berkata : “Adikku.. tidak kah
kau ingin belajar membaca Al-Qur’an??” Gita terdiam tanpa menjawab pertanyaan
kakaknya. Saleh kembali melanjutkan perkataannya sambil tersenyum “Kelihatannya
kau sudah mulai berubah, kau meninggalkan klub malam-mu demi menjengukku”. Melihat kakaknya yang begitu antusias, Gita
tak dapat mengelak, mau tidak mau Gita pun belajar membaca Al-Qur’an. Saleh hanya
tersenyum melihat adiknya yang mulai berubah walaupun dilakukannya dengan
terpaksa.
***
Keesokan paginya, Gita tidak menjenguk
kakaknya di rumah sakit, Gita malah pergi ke tempat tongkrongan yang biasa ia
kunjungi bersama teman-temannya. Tampaknya Gita memang belum bisa lepas dari
kegemarannya ini.
Malamnya, Gita kembali berkunjung ke rumah
sakit untuk menjenguk kakaknya. Gita duduk di kursi yang tersedia di samping
kasur seperti biasa. Dia melihat kakaknya yang semakin kurus dan pucat. Gita terus
saja memandangi tubuh kakaknya yang semakin kaku. Sampai akhirnya Saleh
terbangun dan melihat adiknya yang hampir menangis. “Kenapa adikku??” Gita
hanya terdiam dan menahan tangisnya. Kakaknya tersenyum sambil berkata : “Aku
baik-baik saja.. Apa kau takut aku tersiksa??” Gita tak juga menjawab
pertanyaan kakaknya. Tak lama kemudian.... “Uhuk.. uhuk........ uhuk.. uhuk..
ukhh.. uhuk..” batuk kakaknya semakin parah, Gita menangis dan tak bisa lagi
menahan air matanya. Dengan terbata-bata Saleh berkata kepada adiknya :
“Adikku.. apa kau ingin aku bahagia?? Apa kau ingin melihatku senang??” Gita
hanya terdiam, tak sanggup menjawab pertanyaan kakaknya. Lalu Saleh kembali
melanjutkan perkataannya : “Aku punya permintaan terakhir padamu.. Berhijablah”
Gita tersentak dan terdiam, tangisnya tiba-tiba saja terhenti. Saleh kembali
berkata : “Gunakan jilbab dan berhijrah lah. Dengan begitu aku akan bahagia”.
Suaranya semakin melemah. “Adikku.. Sesungguhnya selangkah saja wanita keluar
rumah tanpa menutup auratnya, maka selangkah pula ayahnya menuju ke neraka..
Sehelai saja rambut wanita yang dilihat oleh lelaki yang bukan mahram dengan
sengaja, balasannya 70.000 tahun di neraka. Dan kau tahu? 1 hari di akhirat itu
sama dengan 1000 tahun di dunia”. Gita menangis mendengar ucapan kakaknya. Lalu
Saleh kembali meneruskan perkataannya : “Dan kau tahu adikku?? Seorang wanita
yang masuk neraka, ia akan menarik ayahnya, adik beradik laki-lakinya,
suaminya, dan anak kandung laki-lakinya”. Gita semakin menangis mendengar ucapan-ucapan
kakaknya, dia tidak ingin kakaknya menderita, Gita sangat menyayangi kakaknya.
Lalu, Saleh menarik tangan adiknya dan
menggenggamnya erat-erat lalu berkata : “Sanggupkah kau kabulkan permintaan
terakhirku??” Gita tak kuasa menahan tangisnya, dia terdiam, suara kakaknya
semakin lama semakin kecil. “Hijrahlah... Adikku.. Aku menyayangimu...”
Genggaman itu semakin melemah dan akhirnya terlepas. Innalillahi wa innailahi
raji’un. Gita menangis dan menjerit, semua ini terlalu mendadak baginya.
Selama ini ia tidak pernah menggunakan jilbab, selalu minum-minuman keras,
berpakaian ketat, dan merokok. Ia tidak pernah memikirkan akibat-akibat dari
semua itu.
***
Setelah kematian kakaknya, Gita
melaksanakan sholat sepertiga malam, ia berdo’a, menangis dan mengingat segala
kelakuannya. Ia membaca Al-Qur’an dan memohon ampun kepada Allah SWT.
Hari-hari berikutnya, Gita selalu memakai
jilbab dan tidak lagi melakukan hal-hal yang dulu menjadi kegemarannya, kini Gita rajin mengaji
dan mengikuti pengajian di musholla dan dia juga sering berkunjung ke tempat
peristirahatan terakhir kakaknya.
“Kak... terima kasih sudah menyadarkanku,
sejujurnya aku malu menghadap Tuhan karena tubuhku yang penuh dengan dosa,
namun sungguh Allah sangat maha pengampun, ia memberiku rahmat dan menuntunku
ke jalan yang benar”. (tersenyum) “Apa kau bahagia sekarang??
Kak??”...............
“Aku sangat bahagia..
Adikku”
TAMAT
Komentar
Posting Komentar