Sinyal-sinyal Hidayah Dari Nya
Sinyal-sinyal Hidayah
Dari Nya
Oleh
: Puja Tilana Putri_FKIP BK_UR
(Sedikit
kisah di masa Tsanawiyah...)
Bisa
dibilang Senja ini anak rumahan. Saat di tsanawiyah dulu hampir tidak pernah
jalan-jalan sore dengan teman-teman. Kalau pun iya paling dengan ibu atau angah
kakak nya. Walaupun bersekolah di tsanawiyah, Senja masih belum menggunakan
hijab jika diluar jam sekolah, saat sedang jalan sore misalnya. Jika dalam waktu
formal lain lagi, misalnya saat pergi les, dan pergi-pergian yang berhubungan
dengan teman sekelas, Senja masih menggunakan hijab. Senja ingat sekali masa
itu, saat itu ia selalu kebingungan mencocokkan baju dengan hijab. Dan
terkadang ia merasa iri dengan teman-teman yang lain, karena kelihatannya
persiapan mereka lebih matang dan koleksinya pun banyak. Saat itu Senja masih
belum luwes dengan hijab, masih kaku, belum punya banyak koleksi, mengandalkan
kepunyaan ibu dan angah saja, dan terkadang Senja merasa malu jika menggunakan
hijab karena ia merasa terlihat lebih uhm... dewasa. Senja tahu, sekolah tidak mengizinkan
siswi-siswi nya tidak menggunakan hijab diluar jam sekolah. Namun ya tetap
saja, ia belum siap dan orang tua nya pun tidak memaksa. Senja masih belum tahu
urgensi dari hijab saat itu..
---
(Memasuki masa
putih abu-abu, tahun 2012)
Masih dalam kategori remaja awal.
Senja sudah kenal organisasi, jalan dan makan diluar dengan teman-teman di sore
atau malam hari, chatting-chattingan dengan lawan jenis. Alhamdulillah semua
ini masih terkontrol. Senja selalu ceritakan semuanya ke ibu, siapa teman
dekat, sampai lelaki yang ia taksir atau yang naksir kepadanya, hehe.. Saat
keluar dengan teman-teman juga Alhamdulillah bunda dan tentu ayahnya sudah tahu
siapa saja orang-orangnya.
---
(Mei, 2013)
Dan yang ia sesali, saat itu
pacaran masuk ke dalam daftar kenalan nya... Itu pertama kalinya Senja pacaran before akad di kelas sepuluh. Saat itu
Senja juga bimbang. Antara mau dan tidak mau, secara ia belum pernah sama
sekali merasakan yang namanya pacaran. Dan yang ingin jadi pacarnya ini adalah
seseorang yang memang sudah ia taksir sejak awal masuk SMA. Senja bertanya pada
Firza, salah satu sahabat yang paling dekat dengannya.
“Sebagai
teman yang baik, aku bakalan jawab jangan terima. Tapi sebagai teman yang
menyenangkan aku akan jawab terima saja”
kata Firza.
Senja
tahu, Firza pasti bingung hendak berkata apa. Di satu sisi Firza tahu persis
bagaimana kronologi Senja naksir dengan abang tingkat itu. Menurut Senja, Firza
juga pasti merasa senang mengetahui bahwa abang itu punya rasa yang sama untuk
Senja. Dan disisi yang lain, Firza juga tidak mau Senja terlibat pacaran before akad. Karena Firza itu termasuk
salah satu orang yang tidak mau pacaran until
akad. Dan lagi, saat itu Senja masih belum tahu urgensi dari jangan
pacaran.
“Firza pasti tahu aku
jawab apa..” Tutur Senja. “Senja terima, ya..?” Tanyanya. Senja mengangguk. Dan Firza hanya bisa tersenyum. Iya za, aku tahu Firza bingung mau kasi
ekspresi apa. Gumam Senja dalam hati.
Dan
berjalanlah hubungan pacaran before akad
itu selama kurang lebih dua bulan. Tanpa jalan bersama, tanpa antar-jemput,
tanpa malam-mingguan. Senja takut jika ayahnya tahu hubungan itu. Dan tak lama
kemudian, pertolongan Allah datang. Alhamdulillah abang itu mulai merasa tidak
betah. Katanya sudah tidak ada rasa lagi. Resiko pacaran dengan anak rumahan
dan penakut serta masih ada unsur penurut memang begitu bang, hehe. Sekali lagi
Alhamdulillah. Walaupun ketika diputuskan Senja masih sempat menangis dan
galau. Hadeuh, kok mau ya Senja
menangisi hal itu...
---
Senja
dan Firza diajak oleh salah satu guru mata pelajaran bahasa inggris untuk
mengikuti olimpiade yang diadakan oleh mahasiswa pendidikan bahasa inggris di
Universitas Riau. Bukan hanya mereka berdua, ada juga beberapa temannya dari
kelas lain serta kakak kelas yang diajak ikut serta. Saat itu Senja jadi
bingung sendiri, nanti disana dirinya akan mengenakan hijab atau tidak? Secara,
itu keluar kota dan selama ini Senja masih belum konsisten mengena kan hijab.
Senja tanyakan pada ibunya, ibunya berkata kenakan saja. Okay bu!
Di
Pekanbaru, mereka menginap disebuah rumah milik salah satu kakak kelasnya.
Jatuhnya jadi ikhtilat, karena yang ikut serta dalam kegiatan tersebut terdiri
dari beberapa orang laki-laki dan perempuan dan dua orang guru pembimbing. Saat
dirumah itu, Senja dan Firza tidak menggunakan hijab. Sehingga terlontarlah
sebuah pertanyaan dari salah satu kakak kelas mereka yaitu Cantika, “Kalian kenapa tidak menggunakan hijab
dirumah?” Tanyanya. Karena dirumah itu ada beberapa orang laki-laki. Entah
kenapa dia bertanya seperti itu, mungkin karena Senja dan Firza sama-sama
anggota rohis (iya, Senja masuk organisasi rohis. Tetapi tidak begitu aktif).
Dan padahal Cantika juga tidak menggunakan hijab saat dirumah itu.
“Hehe..
masih belum kak..” Ujar Senja dan Firza.
Lantas
Cantika lalu bercerita tentang salah satu teman sekelasnya, yaitu Ulfa. Cantika
bilang, Ufa sudah mengenakan hijab sejak kecil dan kalau ada teman laki-laki
yang kerumah, beliau pasti mengenakan hijab dan kaos kaki. Masya Allah.. Jleb!
---
(Tahun 2014)
Pasca
olimpiade itu, Senja sudah mulai konsisten menggunakan hijab. Kecuali
disekitaran rumah, jika pergi ke warung masih belum, jika ada teman sekelas laki-laki
nya belajar kelompok dirumah, ia juga belum menggunakan hijab. Namun hebatnya,
Firza sudah.
Saat
Senja tanya kenapa, Firza lantas menjawab,
“Senja ingat kan waktu
kita nginap di rumah Kiki kemarin? Si Cindy tetap menggunakan hijab, karena
disitu ada beberapa teman sekelasnya yang laki-laki. Sedangkan kita waktu itu
tidak menggunakan hijab didepan mereka. Aku juga penasaran, persis seperti yang
Senja lakukan sekarang. Aku bertanya padanya.
Senja tahu apa jawabannya ketika aku tanya kenapa? Dia bilang,
setidaknya dosa Cindy berkurang dengan begini...”
Jawab Firza sambil tersenyum tenang. Dan lagi, Senja merasa jleb!
Waktu
itu Senja dan Firza mengikuti olimpiade bahasa inggris lagi di Universitas
Riau. Dan saat itu menginap di salah satu rumah adik kelas, Kiki namanya.
Disitulah awal mula Firza mendapatkan sinyal hidayah dari Nya, yaitu untuk
tetap mengenakan hijab saat ada teman laki-laki yang datang kerumah baik itu
untuk belajar kelompok dan lain-lain. Dan saat itu sinyal Nya datang melalui
salah satu adik kelas kami, Cindy..
---
Sinyal-sinyal
hidayah dari Nya untuk Senja juga sudah mulai tampak. Pada hari itu Senja dan
enam orang sahabatnya sedang berkumpul. Dari 6 orang sahabatnya itu, 3
diantaranya sudah rutin melaksanakan liqo. Sebenarnya liqo ini sudah
diprogramkan oleh guru bidang studi agama islam disekolah Senja. Pertemuannya
setiap hari Jum’at sepulang sekolah, dan itu khusus untuk para siswi saja.
Senja pernah hadir satu kali pertemuan, saat masih duduk di kelas sebelas. Iya,
lagi-lagi Senja masih belum tahu urgensi Liqo saat itu.
Saat
itu, entah apa penyebabnya, tiba-tiba liqo menjadi bahan pembicaraan mereka.
“Ikut
yuk ja, seru lhoo...” ujar Yani.
“Apalagi kakak pementornya itu adalah adik dari salah satu pelatih paskibraka kita kemarin..” tambahnya.
“Ha? Masa?”
“Apalagi kakak pementornya itu adalah adik dari salah satu pelatih paskibraka kita kemarin..” tambahnya.
“Ha? Masa?”
Senja semacam
tidak percaya. Karena se-penglihatan nya, salah satu pelatih yang dimaksud Yani
itu tidak ada tampang-tampang, uhm... ke-ikhwanannya. Kok bisa ya adik pelatih itu jadi kakak pementor? Ujar Senja dalam
hati. Penasaran, heran, semacam tidak percaya bercampur jadi satu didalam
pikiran Senja. Kalau di es-in enak juga tuh! Hehe..
“Iya.. Serius. Kakak
nya tu ya, kalau ngomong bikin nge-jleb gimana gitu. Dia jilbabnya lebar tapi
tetap gaul..” Kata Yani (lagi) sambil mengacungkan
jempol, itu gaya andalannya.
“Dan lagi ja, kakak itu
lulusan teknik kimia lho, almamaternya made in USU”
Tambah Firza, disambung dengan anggukkan mba Seri seperti memberi sebuah reinforcement. Sementara tiga sahabatnya
yang lain hanya ikut mendengarkan saja.
Senja
jadi makin-makin. Senja memang ingin saat itu. Dalam beberapa minggu terakhir
ia juga sudah memikirkan hal ini. Senja ingin hari-harinya lebih terarah.
Semoga saja dengan liqo ini bisa memuat ia menjadi sedikit lebih baik setiap
harinya, harap Senja. Disamping itu
Senja sebenarnya juga menaruh rasa penasaran dan ingin berjumpa dengan kakak
yang disebut-sebut sahabatnya tadi, kakak yang kalau ngomong bikin nge-jleb gimana gitu.
“Iya.. iya..
InsyaAllah. Nanti tolong diingatkan lagi ya..”
Senja memberi jawaban penutup.
Tahukah
kalian bahwa Yani yang mengajak Senja untuk masuk kedalam kelompok liqo itu
adalah seseorang yang sedang menjalani relationship
dengan seorang pria. Bayang kan saja, Senja diajak liqo dengan orang yang
sedang berpacaran before akad. Senja
jadi malu sendiri
---
Ini
adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Hari Jum’at, pertama kalinya untuk mulai
liqo (lagi) di kelas dua belas ini, dan hari dimana Senja akan bertemu dengan
kakak itu. Senja sudah izin dengan ibu bahwa ia akan pulang terlambat, dan
minta dijemput jam satu siang. Berjalan lah Senja, Yani, Firza, Mba Seri, dan 5
orang teman sekelas nya yang lain menuju ke Musholla sepulang sekolah.
“Assalamualaikum...
Ini adik-adiknya kak Irma, ya?” Sapa seorang kakak.
“Iya kak..” sahut yang lain.
“Hari ini liqo nya dengan kakak dulu ya, kak Irma nya berhalangan hadir hari ini..” ujar kakak itu sambil tersenyum.
“Iya kak..” sahut yang lain.
“Hari ini liqo nya dengan kakak dulu ya, kak Irma nya berhalangan hadir hari ini..” ujar kakak itu sambil tersenyum.
Huaaa....
Senja merasa kecewa saat itu. Nevermind ja, insyaAllah next week ya! Semangat, it’s your first day!! Begitulah salah satu bentuk motivasi yang Senja hadirkan dalam dirinya. Dan pada hari itu, mereka tidak membahas tentang materi-materi liqo. Melainkan diganti dengan membuat bross jilbab dari kain flanel.
Senja merasa kecewa saat itu. Nevermind ja, insyaAllah next week ya! Semangat, it’s your first day!! Begitulah salah satu bentuk motivasi yang Senja hadirkan dalam dirinya. Dan pada hari itu, mereka tidak membahas tentang materi-materi liqo. Melainkan diganti dengan membuat bross jilbab dari kain flanel.
Dan barulah
dalam minggu selanjutnya Senja bisa bertemu dengan kakak itu..
MasyaAllah ternyata benar apa yang dikatakan oleh sahabat-sahabatnya. Kakak itu luar biasa sekali. Dihari itu, sang kakak bertanya,
“Senja kenapa mau ikut liqo, dek?” tanya sang kakak.
“Uhm....mm...” tidak ada sengatan dari manapun, seketika airmata keluar dari kelopak mataku Senja.
“Senja kok nangis?” tanya nya lagi.
“Nggak tau kak, keluar sendiri” Jawab Senja yang terkesan polos.
Melihat adegan itu, spontan Yani menjawab,
“Dia merasa gimana gitu kak, yang lain liqo masa dia enggak”
Sang kakak hanya mengangguk-angguk. Dan liqo pun berlanjut...
MasyaAllah ternyata benar apa yang dikatakan oleh sahabat-sahabatnya. Kakak itu luar biasa sekali. Dihari itu, sang kakak bertanya,
“Senja kenapa mau ikut liqo, dek?” tanya sang kakak.
“Uhm....mm...” tidak ada sengatan dari manapun, seketika airmata keluar dari kelopak mataku Senja.
“Senja kok nangis?” tanya nya lagi.
“Nggak tau kak, keluar sendiri” Jawab Senja yang terkesan polos.
Melihat adegan itu, spontan Yani menjawab,
“Dia merasa gimana gitu kak, yang lain liqo masa dia enggak”
Sang kakak hanya mengangguk-angguk. Dan liqo pun berlanjut...
Sejak
hari itu sepulang sekolah setiap hari jum’at, Senja selalu bercerita kepada
ibunya tentang materi-materi yang diberikan oleh kakak itu. Bak sebuah ruangan
kosong yang kini telah diisi dengan perabotan-perabotan, sehingga membuatnya
tampak hidup dan berisi. Begitulah yang Senja rasakan saat itu. Liqo telah
menjadi jawaban dari harapannya kemarin. Bahwa kemarin, Senjatak hanya ingin
sekedar sekolah, Senja mau hari-hari yang lebih teratur, belajar ilmu agama,
sholat nya lengkap lima waktu sehari, dan beberapa hal baik lainnya.
---
Sudah
hampir dekat dengan momen kelulusan. Sekarang Senja hijabnya sudah rapi
terjulur, tak lagi ia lipat kebelakang. Mau ke warung sebelah rumah, ada teman
lelaki yang belajar kelompok dirumah, ia sudah konsisten mengenakan hijabnya.
Bahkan sudah mulai mengenakan kaos kaki. Alhamdulillah, Senja bersyukur. Semoga
dengan begini ia bisa mengurangi beban kedua orang tuanya, harap Senja.
Terimakasih ya Allah
untuk sinyal-sinyal hidayah dari Mu yang engkau berikan di masa putih abu-abu
ini, teruntuk sahabat-sahabatku yang membantu menuntunku menuju sinyal itu agar
semakin dekat dan terasa, terimakasih..
Kata Senja yang terucap lirih.
---
(Tahun 2015, di
miniatur negara)
Di
sini, lebih banyak lagi sinyal-sinyal hidayah dari Nya. Senja berusaha sebisa
mungkin untuk bisa lebih peka. Disini, di perantauan ini, di kampus biru langit
ini Di masa-masa ini, Senja kenal dengan taman-taman surga dunia,
urgensi-urgensi mengenakan hijab, tidak pacaran until akad dan liqo tadi. Senja juga kenal dengan ber-lomba-lomba
dalam kebaikan, lembaga dakwah kampus dan semoga bisa kenal dengan hal-hal baik
lainnya yang tentunya bisa bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhiratnya, harap Senja. Dan dimasa ini senja sudah
punya beberapa rok, baju labuh, hijab yang ukurannya sedikit lebih lebar,
handshock, kaos kaki, yang semua itu jarang ia beli ketika duduk di bangku SMA.
Di sini Senja juga di pertemukan dengan dua orang wanita yang kini termasuk kedalam
daftar sahabat-sahabatnya. Nuril dan Aida. Bertiga mereka saling membantu dalam
mencari sinyal-sinyal hidayah dari Nya.
---
Barangkali
ini adalah jawaban dari doa-doa Senja dan bisa jadi ini semua berkat doa
orang-orang baik diluar sana untuk nya. Sampai saat ini Senja masih berusaha
untuk peka agar bisa melihat sinyal-sinyal hidayah dari Nya dan mengambil nya
serta berusaha untuk bisa menjadi sedikit lebih baik setiap harinya dengan
terus belajar. Sinyal-sinyal hidayah dari Nya bisa kita jumpai dimana saja
rupanya. Bisa dari seorang sahabat, orang tua bahkan adik kecil, dan dari
lingkungan sekitar. Hambatan-hambatan tentu ada, tungkus lumus dalam menemukan
sinyal hidayah sudah tentu dilewati. Namun tetap saja, yang manis-manis tentu
rasanya lebih mengakar dari yang pahit.
Itulah
perjalanan hijrah Senja, melalui sinyal-sinyal hidayah dari Nya...
---
Komentar
Posting Komentar